Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan kata nubuat. Istilah ini sudah sering dipakai dalam ibadah di gereja, komunitas bahkan sampai perseorangan atau sesama umat Tuhan. Nubuatan biasanya digunakan ketika seseorang berdoa untuk sesuatu hal, misalkan saat berdoa untuk negara, gereja, pelayanan dan kehidupan sehari-hari.
Perkataan nubuat digunakan untuk meneguhkan, menegur sampai meramalkan masa depan atau apa yang akan terjadi. Hal yang terakhir ini terkadang bisa di salah mengerti oleh banyak orang, sehingga menjadikan nubuat sebagai ramalan yang hanya bertujuan untuk menyatakan berkat, promosi dan hal-hal yang memuaskan diri sendiri saja.
Tidak heran kalau ada banyak orang yang akhirnya mencari bahkan mengejar nubuatan. Apalagi jika ternyata nubuatan yang dikatakan oleh seseorang terbukti terjadi, maka orang itu akan selalu dikejar untuk ditanyakan nubuatannya.
Namun ada juga nubuatan yang tidak terjadi. Ketika ditanyakan kepada si pemberi nubuatan kenapa tidak terjadi maka biasanya akan dijawab, karena kurang iman maka nubuatan itu tidak terjadi.
Benarkah demikian? Apa yang seharusnya kita ketahui tentang nubuatan pada masa kini?
Baca juga : Apakah Nubuat Sama Dengan Ramalan? Ini Penjelasan Pendeta Rendy Chandradinata
1.Nubuat dilakukan atas dorongan Roh Kudus dan bukan kehendak manusia (2 Petrus 1:21).
Perkataan nubuatan yang dikerjakan oleh Roh Kudus pasti terjadi, tidak diperlukan kondisi atau syarat tertentu karena itu lahir dari kehendak Allah yang Maha Kuasa. Nubuatan yang lahir dari dorongan Roh Kudus juga bukan untuk memuaskan ego atau kepentingan manusia yang penuh dengan dosa dan kelemahan. Namun untuk menyatakan kemuliaan Allah dalam hidup manusia. Meski sepertinya mustahil pada saat nubuatan itu dinyatakan, tapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.
2.Nubuat bertujuan untuk membangun, menasihati dan menghibur (1Kor 14:3-4).
Tidak ada perkataan nubuatan yang bertujuan untuk mengutuk bahkan mengintimidasi pendengarnya agar mau melakukan apa yang di ‘nubuatkan’. Nubuatan bukan manipulasi perkataan yang seolah-olah berasal dari Tuhan melainkan membangun jemaat agar semakin bertumbuh dalam kasih, kekuatan dan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
3.Nubuat harus diuji (1Yoh 4:1 dan 1Tes 5:20-21).
Kita harus menguji setiap nubuatan yang kita dengar atau ketahui. Apakah itu berasal dari Allah atau bukan, karena iblis pun bisa menyamar menjadi malaikat terang (2Kor 11:14). Jangan sampai kemenangan iman yang telah kita dapatkan digagalkan oleh berbagai macam nubuatan yang palsu.
Bagaimana cara mengujinya? Kita harus yakin dan benar-benar tahu bahwa orang yang mengatakan nubuatan itu mengakui ke-Tuhanan Yesus Kristus dan menjadi pengikut-Nya.
Baca juga : 4 Tokoh Alkitab Yang Bernubuat Tentang Yesus
4.Nubuatan harus dikonfirmasi oleh sesama tubuh Kristus.
Karena pada dasarnya fungsi nubuat adalah untuk membangun jemaat (1Kor 14:4), maka seharusnya nubuatan juga harus dikonfirmasi oleh jemaat yang memiliki karunia bernubuat karena sesungguhnya Allah telah memberikan karunia-karunia Roh kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya (Kisah 2:17-18). Jadi tidak ada lagi orang khusus yang dipakai oleh Allah untuk menyampaikan nubuatan seperti zaman para nabi Perjanjian Lama dulu.
Dengan adanya saling konfirmasi dalam penyampaian nubuatan, juga akan melatih setiap anggota tubuh Kristus agar berfungsi maksimal dalam penggunaan setiap karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada kita semua.
Kembali kepada pertanyaan di atas, apakah nubuatan masa kini harus terjadi? Jawabannya adalah iya apabila nubuatan itu memang berasal dari Allah dan telah di konfirmasi oleh sesama anggota tubuh Kristus yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.
Semua karya tulis yang dibuat oleh contributor adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.